Profesional Dalam Berorganisasi

By. Ogi Sandria, S.PdI., M.Pd

KERINCI– Majunya organisasi ditandai dengan semakin hidupnya dinamika yang terjadi dalam organisasi tersebut. Pada prakteknya seluruh organisasi pasti akan mengalami berbagai macam dinamika, ada dinamika yang positif adapula dinamika yang bersifat negatif. Dari dinamika tersebut maka lahirlah yang namanya problematika yang mengiringi hidupnya dinamika dalam berorganisasi.

Problematika tersebut  selanjutnya penulis bahasakan sebagai permasalahan dalam organisasi. Organisasi selalu identik dengan berbagai  permasalahan baik itu permasalahan yang bersifat internal maupun permasalahan yang bersifat eksternal, namun dalam artikel ini penulis akan menyinggung permasalahan yang bersifat internal saja karena permasalahan internal lebih dominan terjadinya ketimbang permasalahan eksternal.

Semoga Tulisan Ini Bermanfaat Untuk Kita Semua

Terutama Untuk  Introspeksi Bagi  Diri Saya Pribadi

Permasalahan internal sering terjadi dalam berbagai jenjang organisasi baik itu organisasi skala besar maupun organisasi skala kecil, dalam skala besar contohnya adalah  konflik internal dalam jajaran kepengurusan partai yang akhir-akhir ini heboh diberitakan oleh hampir seluruh media masa yang ada di Indonesia.

Fenomena semacam ini merupakan fenomena normal dalam berorganisasi, seperti kejadian yang terjadi dalam Internal berbagai organisasi partai contohnya, konflik internal antara  Kubu Abu Rizal Bakrie dan Kubu Agung Laksono (Partai Golkar)   konflik Kubu Gusdur dan  kubu Muhaimin (Partai PKB),  Kubu Djan Faridz dan  Kubu Romi (Partai PPP).

Meskipun kesemua partai di atas sempat bersitegang secara dramatis namun eksistensi dari partai tersebut tetap terselamatkan hingga hari ini, buktinya adalah seluruh partai yang bertikai masih eksis dalam berbagai kegiatan dan  agenda politik yang terjadi di Tanah Air. Tidak ada satu partaipun yang hancur dan bubar hanya karena permasalahan konflik yang terjadi diinternal partainya.

Hal ini dikarenakan konflik dalam internal partai /organisasi tersebut tidak merambat pada konflik personal anggotanya. Kongkritnya adalah, urusan partai hanya berlaku di ranah partai sementara urusan pribadi  dianggap  tidak ada kaitanya dengan urusan partai. Ini terjadi dilatar belakangi oleh adanya profesionalitas dari masing-masing  anggota organisasi sehingga konflik internal tersebut tidak akan membuat wadah mereka menjadi tenggalam, meskipun gejolak internal belum mampu diselsaikan.

Isu pengelompokan dalam organisasi intinya adalah sesuatu yang dianggap normal dan biasa-biasa saja dalam praktek berorganisasi. Meskipun demikian etika dan norma yang terkandung dalam agama, budaya serta bangsa tidak boleh dilupakan begitu saja karena hal inilah yang menjadi filter bagi seluruh komponen yang terdapat dalam suatu organisasi untuk memainkan peran sebagai manusia yang berorganisasi. (pen)

Untuk menghindari konflik yang sebenarnya normal berubah menjadi abnormal, maka setiap anggota organisasi diharapkan tidak terbawa oleh perasaan pribadinya, karena apabila perasaan lebih dominan dari rasional maka gejolak yang terjadi dalam suatu organisasi akan terus berlanjut hingga menyerang privasi dan personal dari anggota organisasi tersebut.

Menurut H. Tafayani Kasim, “urusan organisasi/lembaga tinggalkan hingga sebatas pagar sekretariat/kantor, sehingga hubungan baik antar sesama anggota dalam perspektif personal tidak akan terganggu. Dalam berorganisasi hendaknya anggota organisasi jangan terlalu hanyut oleh perasaannya sendiri” (HTK).

Untuk mencapai tujuan dalam berorganisasi, biasanya anggota organisasi tersebut akan menggunakan cara, metode dan strategi yang berbeda-beda, singkatnya visinya sama namun misinya berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti cara penafsiran, paradigma, perspektif, motivasi, ambisi skill dan pengalaman dari masing-masing anggota organisasi tersebut. Permasalahan tersebut seyogyanya tidak perlu dirisaukan karena konteks dan tujuannya masih sama,  hanya saja caranya yang berbeda-beda.

Analoginya adalah sebagai berikut: Si A, Si B dan Si C berasal dari Kota Bandung Hendak mengunjungi Kota Jakarta, untuk sampai di Kota Jakarta Si A Menumpangi Kereta Api, Si B mengendarai mobil sedangkan si C menumpangi pesawat. Meskipun alat transportasi yang digunakan berbeda-beda namun tujuannya tetap sama yaitu sama-sama ingin sampai di Kota Jakarta.

Agar terhindar dari penyimpangan dalam menafsirkan tujuan tersebut, maka  leader organisasi hendaknya melakukan komunikasi secara intens dan berkala kepada anggotanya agar tujuan yang ingin dicapai bisa diraih dan diwujudkan. Adapun kiat untuk  menjadi profesional dalam berorganisasi adalah sebagai berikut:

  1. Mampu menghargai orang lain
  2. Senang bekerja sama
  3. Mampu memisahkan urusan pribadi dan urusan organisasi
  4. Memahami psikologi, watak dan karakter orang lain
  5. Menghargai hak dan privasi orang lain
  6. Memilih tupoksi yang sesuai dengan skill, minat dan bakat
  7. Menjadikan anggota organisasi sebagai patner bukan kompotitor
  8. Menjaga etika, retorika dan wibawa
  9. Senang berdiskusi tapi tidak menggurui
  10. Bersikap rendah hati
  11. Senang berkomunikasi dengan orang lain
  12. Mengapresiasi kinerja orang lain
  13. Aktif mengeluarkan ide. (pen)

Hal yang harus dihindari dalam berorganisasi:

  1. Mengupat orang lain di luar forum musyawarah resmi
  2. Mengecilkan orang lain
  3. Menyalahkan orang lain secara fulgar
  4. Hasut, fitnah, ghibah, dengki dan adu domba
  5. Bertentangan dengan 13 kiat untuk profesional dalam berorganisasi
  6. bertentengan dengan Agama, Undang-undang dan Pancasila. (pen) 16/03/18. (OS).

Hidup-hidupilah Muhammadiyah (organisasi)  namun jangan Cari Hidup di Muhammadiyah (organisasi)”.- KH. Ahmad Dahlan.

TAFYANI KASIM | CALON BUPATI KERINCI 2024 – 2029