JAKARTA– (Mukhri Soni, M.Si, Alumni Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional)
“Caleg yang Hebat Dengan Tim Sukses Yang Lemah, Kegagalan Yang Didapat.
Caleg Lemah Dengan Tim Sukses Kuat, Keberhasilan Diraih.” Langkah pertama yg harus dilakukan oleh Caleg, cabub, cagub (selanjutnya kita gunakan istilah pemimpin) adalah membentuk tim sukses dengan merekrut
orang-orang yang kreatif, proaktif, strategis, disiplin, dan optimistis di dalam sebuah tim sukses.
Kecerdasan pemimpin dalam membangun tim sukses yang efektif akan sangat membantu si pemimpin untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan strategis yang membutuhkan konsentrasi dan fokus yang lebih intensif.
Kemampuan pemimpin untuk menempatkan pribadi-pribadi yang loyal, antusias, selalu berjuang dalam motivasi yang tinggi, dan yang mau bekerja keras untuk menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab, adalah sebuah syarat terpenting di dalam pembentukan tim sukses yang efektif.
Berikut ini ada tips untuk membangun tim sukses yang efektif dan yang dapat memberikan keberhasilan buat si caleg.
Caleg wajib menetapkan tujuan utama tim, kemudian memotivasi tim untuk membangun mind set bahwa tujuan utama dari tim adalah membuat sukses setiap program .
Tujuan utama adalah meraih kemenangan dengan jalan mendekati, mempengaruhi dan mengawal pemilih agar menjatuhkan pilihannya kepada caleg. Untuk itu, caleg harus mampu memotivasi tim dan meyakinkan tim bahwa apa yang mereka lakukan akan membawa perubahan pada diri mereka. Sering berkunjung ke rumah tim, mengenal dekat istri dan anak-anak tim akan membuat tim merasa bahwa si caleg seperti keluarga sendiri.
Jangan andalkan uang Anda dalam memotivasi tim. Tapi posisikan tim seperti keluarga besar Anda. Bila uang menjadi alat memotivasi tim sukses, maka Anda harus memiliki financial yang besar sekali. Tapi, bila pola kekerabatan yang Anda terapkan, maka dengan dana yang tak terlalu besar tujuan akan tercapai. Gambarannya seperti ini, tim yang tidak begitu akrab dengan caleg pasti akan berpikir imbalan bila tim diminta merekrut calon pemilih potensial. Berbeda dengan tim yang akrab seperti keluarga, tim sukses akan berjalan sukarela merekrut saudara-saudara dan tetangganya.
Tim sukses harus menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, terdefinisi, dan konsisten dan setiap anggota tim sukses harus berkomitmen untuk menunaikan tanggung jawab mereka secara total.
Tujuan harus terukur. Atau dalam istilah Jawa timses jangan nggebyah uyah. Mungkin bisa digambarkan seperti ini. Bila dalam satu kabupaten ada 20 kecematan, jangan semuanya digarap. Hanya kecamatan yang tidak memiliki calon kuat yang digarap timses. Dari kecamatan yang digarap, tentukan desa mana yang potensial untuk dikelola. Dari desa yang dikelola, pilih RW mana saja yang menjadi kantong pemilih. Dari RW yang dipilih, wilayah RT berapa yang paling potensial menyumbang suara by name.
Bila wilayah garapan sampai tingkat RT sudah dipetakan, timses memiliki tanggungjawab untuk mendekati, mempengaruhi dan kemudian memastikan bahwa si pemilih akan menjatuhkan hak pilihnya ke caleg yang didukung. Caranya, dengan mengunjungi rumahnya dan mengobrol meski hanya 30 menit. Lakukan itu terus menerus.
Caleg harus cerdas dalam memilih karakter dari pribadi-pribadi yang akan berada di dalam tim sukses.
Tahap ini sangat penting. Sekali caleg salah memilih pribadi-pribadi yang menjadi timsesnya, maka akan menyesal. Ada berbagai cara untuk mengetahui karakter calon timses, salah satunya dengan mengajak bertemu dan mengobrol sekaligus mengajukan pertanyaan. Yang paling efektif tentu saja mengajak psikolog untuk mendampingi saat berbincang-bincang dengan calon tim sukses.
Memfungsikan structural partai juga bisa dilakukan. Bagi caleg DPR RI, hal paling utama adalah, sosok ketua timses kabupaten yang membawahi kecamatan-kecamatan harus bisa diterima oleh oleh para pengurus PAC. Karenanya, usulan PAC terkait sosok yang akan menjadi ketua timses bisa menjadi pertimbangan. Bisa dari unsure PAC atau dari unsur DPC.
Caleg harus memiliki pemahaman yang jelas tentang bakat dan potensi dari masing-masing pribadi tim sukses tersebut.
Manusia ada dua katagori, pekerja dan pemikir. Caleg harus menempatkan sosok timses sesuai bakat dan potensinya. Mereka yang tipe pemikir jangan dipercaya sebagai perekrut massa. Pemikir ditugaskan menyusun strategi pemenangan dan memantgau sekaligus memastikan bahwa strategi tersebut berjalan sesuai track. Begitu juga sebaliknya. Tim yang kurang jujur tapi memiliki keahlian mempengaruhi massa jangan dipercaya memegang keuangan. Intinya MAN BEHIND THE GUN.
SOP, aturan, dan kebijakan wajib ditetapkan sebagai fondasi dasar untuk membangun etos kerja tim sukses yang efektif.
Setiap anggota tim sukses harus tahu tentang fungsi dan peran mereka di dalam tim sukses.
Tim sukses harus bekerja melalui sebuah proses kerja yang selalu fokus dalam menjaga keutuhan dan kekompakkan tim sukses.
Setiap melakukan tindakan, tim harus melakukan pertemuan di antara anggota dan Caleg, baru kemudian membuat keputusan yang tepat sasaran, dan mendefinisikan semua perkembangan baru dalam sebuah rencana kerja yang disetujui oleh semua anggota dalam tim.
Apapun perbedaan di antara anggota tim. Setiap orang wajib saling menghormati, saling mendengar, dan saling peduli.
Setiap konflik harus dikelola dengan besar hati dan penuh empati, kemudian diselesaikan dengan menghormati semua pihak secara profesional.
Pemimpin harus menggunakan kekuatan intuisi untuk melihat hal-hal yang tak terlihat oleh panca indera. Lalu, membuat tindakan-tindakan yang memotivasi anggota tim untuk bekerja dengan emosi baik dan pikiran terang.
Tim sukses dan pemimpin harus membangun hubungan dan komunikasi positif dengan dalam sebuah suasana yang saling menguntungkan.
Tim sukses harus membuat tabel rencana kerja dengan memasukan semua tips di atas sebagai faktor-faktor kerja tim yang harus diperhatikan secara terus-menerus.
Keberadaan tim sukses disamping para caleg atau calon pemimpin bangsa, membuat kegiatan kampanye menjadi lebih teratur, lebih tertib, terencana, dan efektif.
Namun nampaknya, banyak caleg kita yang akan mengikuti kegiatan pemilu beberapa puluh hari lagi, masih lebih memilih untuk berjuang tanpa dukungan suatu tim sukses yang dapat bekerja secara profesional membantu mereka mendapatkan satu tempat di parlemen.
Pada masa kampanye, sebagian besar caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2014 cenderung lebih memilih untuk menggunakan konsepsi berkampanye dengan cara-cara konvensional, yaitu dengan memasang bendera partai yang disisipi nama caleg serta spanduk/baliho berukuran besar diberbagai lokasi, dan menempelkan stiker-stiker di dinding pagar rumah warga, di pintu angkutan umum, atau di tiang listrik.
Padahal, penggunaan konsepsi berkampanye dengan cara-cara konvensional seperti itu, cenderung hanya “mengotori” ruang terbuka publik, seperti yang dapat kita lihat dan temui di hampir seluruh penjuru wilayah pemukiman di Indonesia saat ini.
Bagaimana mau mengundang animo dan simpati masyarakat kalau dalam waktu yang bersamaan, seluruh caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2014, menerapkan konsepsi berkampanye yang sama?
Terlihat jelas kalau para caleg tidak kreatif karena hanya terpaku pada model-model kampanye yang sama, yaitu model kampanye konvensional, yang sudah lama dipakai sebagai konsepsi berkampanye oleh para caleg yang mengikuti pelaksanaan kegiatan pemilu di Indonesia selama ini, tanpa ada upaya lain yang sekiranya dapat membawa manfaat dan sisi pembelajaran positif bagi dunia politik kita.
Kreatifitas para caleg memang dituntut, mengingat setiap caleg memiliki kesempatan yang sama besar, semenjak Mahkamah Konstitusi (MK) telah membuat keputusan, bahwa penentuan seorang caleg dapat menjadi anggota parlemen tidak lagi didasarkan pada nomor urut yang telah ditetapkan partai politik.
Artinya, keberhasilan dari seorang caleg untuk bisa duduk sebagai anggota parlemen tergantung pada seberapa besar animo masyarakat untuk memilih caleg yang mereka kehendaki untuk menjadi wakil rakyat mereka di parlemen.
Nilai lebih yang terdapat didalam diri seorang caleg, dapat lebih ditampilkan kepada seluruh kelompok masyarakat, yang memiliki dimensi pemikiran berbeda-beda atau tidak seragam, sehingga mobilitas kekuatan massa pendukung, dapat dilakukan tanpa harus mendatangkan massa dalam jumlah besar, atau menghambur-hamburkan dana kampanye untuk bendera, baliho, atau stiker dalam jumlah besar.
Dalam hal ini, para caleg seharusnya tidak lagi bersikap pasif dalam memperkenalkan diri serta agenda kerja mereka, karena sikap pasif tidak akan mendorong adanya peningkatan jumlah simpatisan yang serius ingin mendukung dan memiliki kedekatan emosional atau pemikiran dengan seorang caleg.
Salah satu terobosan membangun komunikasi dengan calon pemilih adalah dengan mengirimkan surat kepada pemilih. Isi surat selain pengenalan diri, visi dan misi juga harus berisi solusi apa problem yang dihadapi masyarakat di daerah itu. Dalam surat itu juga cantumkan nomor telepon anggota tim yang bertugas sebagai humas, bila ada pertanyaan dari masyarakat calon pemilih. Untuk itu, humas harus diisi oleh orang yang memahami benar siapa caleg dan visi misi caleg.
Siapa yang membagikan surat itu? Caleg bisa mempercayakan kepada timses tingkat RT dan tokoh pemuda di ke RT an itu. Mengapa tokoh pemuda? Dengan mempercayai tokoh pemuda, maka secara tidak langsung akan ada kedekatan emosional antara si caleg dengan tokoh pemuda yang imbasnya diharapkan si tokoh pemuda mampu mempengaruhi para pemuda di wilayahnya.
Kehadiran tim sukses membuat para caleg bisa mendelegasikan banyak kegiatan yang sulit untuk dilakukan sendiri, yaitu mempersiapkan segenap detail rencana kegiatan kampanye yang diperlukan selama kampanye, membangun jaringan komunikasi antar simpatisan, merekrut relawan yang ingin membantu kemenangan pemilu, serta upaya untuk mengumpulkan dana kampanye.
Pencalegan tak terlepas dari proposal yang diajukan pihak tertentu untuk mendapatkan bantuan. Entah itu bantuan dana atau barang.
Caleg dan timses harus merumuskan apakah proposal tersebut layak dibantu atau tidak. Lihat dulu, apakah bantuan tersebut berupa alat produktif yang manfaatnya dirasakan orang banyak dan bersifat kontinyu atau tidak. Kemudian juga, apakah si penerima bantuan termasuk tokoh yang memiliki massa banyak atau tidak.
Bantuan berupa dana atau barang yang tidak produktif akan sia-sia. Salah satu teman saya yang menjadi caleg tahun 2009 mengatakan kepada saya, bahwa dia membantu pembangunan masjid di sebuah desa dan menghabiskan dana Rp 50 juta. Apa yang terjadi, kawan tersebut hanya mendapatkan 20 suara di desa itu.
Mengapa bisa terjadi? Dari penelusuran saya, mayoritas masyarakat desa tersebut mengatakan bahwa mereka tidak minta bantuan masjid dan tidak kenal si caleg. Jadi biar saja yang meminta bantuan yang memilih si caleg yang menyumbang. Masyarakat akan memilih si caleg bila masyarakat mendapatkan azas manfaat langsung dari si caleg. Ternyata, si pemohon bantuan memang tokoh di desa tersebut, tapi kurang akrab dengan masyarakatnya. Selain itu, si caleg sendiri ketika datang ke desa tersebut tidak mau berkunjnung ke rumah-rumah timsesnya dan timses juga enggan mengakrabkan dirinya kepada masyarakat.
Saran saya. Bila memang caleg ingin membantu, bantulah dengan alat produktif.
Keberhasilan Barack Hussein Obama memenangkan kursi jabatan Presiden Amerika Serikat yang ke-44, merupakan sebuah puncak pencapaian yang diraih melalui kerja keras dan kerja sama yang teramat baik dengan para anggota tim sukses pemenangan pemilu, dalam menggalang dana kampanye serta dalam mengoptimalisasi kekuatan massa simpatisan ataupun relawan pendukung.
Pada saat mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden mewakili Partai Demokrat, Barack Obama nampaknya menyadari, apabila dibandingkan dengan sejumlah nama calon presiden lain yang turut serta mencalonkan diri sebagai kandidat calon Presiden Amerika Serikat, baik dari Partai Demokrat atau dari Partai Republik, dirinya masih belum cukup dikenal luas oleh rakyat Amerika Serikat.
Jalan menuju kursi kepresidenan terasa semakin sulit dicapai, karena dirinya berasal dari kaum masyarakat minoritas di Amerika Serikat, yaitu kaum Afro-Amerika.
Hanya pertolongan tangan Tuhan saja yang membuat Barack Obama pada akhirnya dapat menjadi seorang Presiden. Sebab, apabila hanya mengandalkan optimisme atau kemampuan diri semata, tidaklah cukup, karena untuk meyakinkan kaum mayoritas kulit putih rakyat Amerika Serikat agar bersedia memilih seorang kulit hitam sebagai Presiden di negeri tersebut, bukanlah perkara yang mudah.
Oleh sebab itu, dipilihnya para pekerja profesional sebagai anggota tim sukses Barack Obama, yang bekerja secara efektif dan maksimal untuk bisa memberikan hasil yang terbaik sesuai bidangnya masing-masing, merupakan salah satu keputusan tepat dari titik awal langkah keberhasilan Barack Obama mencapai puncak kekuasaan di negara adidaya tersebut.
Wujud profesionalitas kerja yang ditunjukkan oleh para anggota tim sukses Barack Obama, diwujudkan dengan mampu memformulasikan dengan baik, berbagai issue dan agenda politik nasional yang akan diangkat Barack Obama dalam kampanyenya, dengan menghasilkan solusi serta agenda penyelesaian masalah yang tepat sasaran, yang sekiranya bisa dengan cepat melepaskan Amerika Serikat dari belenggu krisis ekonomi dan mengembalikan kepercayaan masyarakat dunia (khususnya kepercayaan dari negara-negara sahabat) yang sempat pudar karena arogansi kebijakan politik pada masa pemerintahan Presiden George Bush.
Adanya sejumlah program kerja yang berisikan sejumlah solusi dan agenda-agenda penyelesaian masalah krisis ekonomi dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dipersiapkan tim sukses pemenangan pemilu Barack Obama, ternyata tidak hanya mampu memikat hati simpatisan Partai Demokrat, namun juga hati rakyat Amerika Serikat, untuk kemudian memilih Barack Obama sebagai Presiden mereka.
Hasil kerja anggota tim sukses, mampu membalikkan keadaan, yang cenderung masih belum berpihak pada Obama, terutama saat masa-masa awal kampanye pemilihan kandidat calon tunggal Partai Demokrat yang akan maju menghadapi calon presiden dari Partai Republik, John McCain.
Kemenangan Barack Obama pada saat bersaing dengan Hillary Rodham Clinton pada saat konfensi Partai Demokrat, merupakan sebuah kesuksesan besar dari tim sukses Barack Obama, karena Hillary merupakan seorang pesaing pintar yang memiliki banyak pendukung, sehingga berat langkah kemenangan yang harus dilalui.
Baiknya kinerja para anggota tim sukses Barack Obama, terlihat dari baiknya usaha dan kemampuan mereka, untuk membangun image serta karakter diri Barack Obama, yang dapat diterima dengan baik oleh mayoritas masyarakat kulit putih, kelompok masyarakat Yahudi, kelompok masyarakat hispanik dan orang-orang kaya Amerika, untuk memilih Barack Hussein Obama sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44, mengalahkan pesaingnya Hillary Rodham Clinton dengan persentase kemenangan tipis, serta mengalahkan John McCain, dengan persentase angka kemenangan mutlak.
Upaya untuk membangun image dan karakter seorang calon pemimpin memiliki arti penting karena dapat mempengaruhi penilaian para calon pemilih, apakah sang calon pemimpin merupakan orang yang tepat serta memang layak atau pantas untuk dipilih sebagai seorang pemimpin negara.
Langkah Barack Obama membangun sebuah tim sukses yang terdiri dari orang-orang media, pakar komunikasi publik, dan sejumlah eks pejabat di masa pemerintahan Presiden Bill Clinton, merupakan sebuah langkah tepat, karena mereka adalah bagian orang-orang yang berpengalaman dan berkemampuan baik untuk mendukung upaya Barack Obama agar bisa diterima oleh seluruh kalangan komunitas masyarakat.
Barack Obama memang tidak salah dalam memilih orang-orang yang membantunya mencapai puncak kekuasaan pemerintahan Amerika Serikat. Tanpa adanya dedikasi, kerja keras, dan loyalitas tinggi para anggota tim sukses, mungkin, Obama hanya bisa bermimpi untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.
Belajar dari keberhasilan yang diraih Barack Obama, seluruh calon anggota legislatif (caleg) serta calon pemimpin bangsa Indonesia yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2019 selayaknya pula menyiapkan suatu tim sukses pemenangan pemilu. (Mukhri: Jakarta 16 Februari 2018)