KERINCI- 12/10/18. COFFE BREAK
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai oleh sang pencipta berupa adanya hawa dan nafsu yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia lahir ke dunia dengan membawa kodratnya yaitu memiliki potensi, pikiran, perasaan dan karakter yang kompleks seperti emosi, amarah, empati dan sebagainya.
Setiap manusia memiliki karakteristik dan watak yang berbeda layaknya bentuk rupa manusia yang juga berbeda-beda satu sama lain. Pada kenyataannya perbedaan itu merupakan wujud dari eksistensi atau keberadaan dari manusia itu sendiri yang akan menunjukan identitas dan entitasnya agar mereka bisa saling mengenal dan saling berinteraksi.
Dalam Agama Islam Allah SWT sudah menjelaskannya dalam Al-Qur’an surat Al- Hujurat ayat 13 yang artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah mengetahui lagi maha mengenal”. (QS. Al-Hujurat Ayat 13).
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT menerangkan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar manusia saling mengenal. Hal inilah yang menjadi rahmat bagi manusia. Untuk saling mengenal maka manusia harus saling berinteraksi, berkomunikasi dan bersosialisasi satusama lain.
Sebagai makhluk yang bersosialisasi manusia sangat membutuhkan peran dari sesama manusia itu sendiri, hal ini diwujudkan melalui proses pergaulan yang diaplikasikan melalui cara berkomunikasi. Dalam proses pergaulan dan berkomunikasi itu sendiri manusia akan menjumpai adanya permasalahan atau sering disebut sebagai Miss Komunikasi. Miss komunikasi biasa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya perbedaan persepsi, asumsi ataupun terdapatnya kepentingan yang berbeda satu sama lain. Hal ini lumrah terjadi dalam pola kehidupan manusia yang tidak bisa dilepaskan dari permasalahan dan konflik. Inilah yang menandakan bahwa manusia itu memiliki hawa dan nafsu yang bisa saja berbuat keliru atau salah sekalipun.
Dalam Islam, manusia juga dikatakan sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan, sebagai mana hadist mengatakan:
“Seluruh Bani Adam banyak melakukan kesalahan dan sebaik-baik manusia adalah yang banyak bertaubat”. ( HR. Anas bin Malik Ra).
Seperti yang telah disebutkan oleh hadits di atas, maka sudah jelaslah bagi kita bahwa manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan, namun manusia dianjurkan untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahannya. Namun sebagai orang yang beriman kita hendaknya juga harus memperingatkan sesama apabila kita melihat orang lain melakukan kesalahan. Caranya adalah dengan melakukan teguran halus dan tidak melukai perasaan orang yang diingatkan.
Hal ini merujuk pada Al-Qur’an surat An-Nahl 125 yang berarti:
“Ajaklah (Wahai Muhammad) mereka ke arah jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang elok dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik….” ( Qs. An- Nahl: 125).
Menyikapi hal ini, maka disinilah peran manusia untuk bisa memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia adalah cara memperlakukan manusia layaknya seorang manusia.
Seperti yang telah diketahui, manusia adalah makhluk yang memiliki segudang perasaan maka sentuhlah perasaan manusia secara halus dan lembut serta perlakukan manusia secara santun dalam situasi apapun karena pada hakikatnya manusia selalu ingin diperlakukan secara baik.
Diperlakukan secara baik adalah kebutuhan mutlak manusia, karena pada kenyataannya manusia adalah makhluk yang menghendaki eksistensi dirinya diakui, senang disanjung, gemar dipuji dan selalu ingin dihargai. Maka tidaklah heran bagi kita apabila kita menjumpai konflik antar sesama manusia yang selalu dipicu oleh faktor yang telah disebutkan.
Contoh perbuatan nyata dalam memanusiakan manusia adalah seperti yang telah dicontohkan oleh Jokowi semasa dirinya menjabat sebagai walikota Surakarta, disaat itu Jokowi memindahkan pedagang kaki lima tanpa menggusurnya. Hasilnya pedagang kaki lima pindah tanpa merasa tergusur. Dalam hal ini Jokowi berhasil menjalankan konsep memanusiakan manusia.
Intinya adalah untuk memanusiakan manusia kita manusia dituntut untuk bisa memasuki dan merasakan perasaan manusia itu sendiri, lalu perlakukanlah manusia selayaknya manusia.
Artikel.
By. Ngah OS.